18/04/08

Gantung

Charger itu kini meracau pada Compo dan Hair Dryer, karena dirinya yang sudah tidak disentuh lagi oleh pemiliknya.

“Sial, kalau sudah tidak mau ya bilang saja. Jangan didiamkan seperti ini!” ucap Charger setengah berteriak.


“Yah, jangan protes sama saya dong. Kalau mau, bikin aja korslet listrik di rumah ini. Biar terbakar dan…” sahut Hair Dryer terpancing emosinya.


“Dan kita juga meleleh, mati. Mau?” timpal Compo.


Semuanya terdiam. Charger dan Hair Dryer mengalihkan pandangan ke arah lain.


“Padahal, kalau kalian tahu, aku juga sakit hati karena tidak pernah digunakan. Kalian pikir enak cuma dibuat alas kipas angin atau alat make up? Kita ini sama-sama digantung, tidak jelas mau diapakan. Kita cuma menunggu, tanpa tahu menunggu apa sebenarnya,” Compo berbicara dengan lirih, suaranya pun agak serak.


Tak lama, pemilik barang-barang elektronik itu masuk ke dalam kamar. Ia mengangkat charger. Charger senang karena dirinya merasa akan benar-benar digunakan kali ini. Tapi ternyata, pemilik itu malah memasukkannya ke dalam kardus, begitu juga dengan compo dan hair dryer.


“Sayang, buruan dibuang. Barang-barang rusak gitu kok tetep disimpan sih?” ucap seorang perempuan dari ruangan lain.


Lelaki itu mencium charger, compo dan hair dryer dengan khidmat, sebelum ia menghibahkannya ke tukang loak yang menunggu di depan pagar rumah.





***
Jakarta, 15 April 2008

Tidak ada komentar: