19/01/08

Dear Reyna

Dear Reyna,

Apa kabarmu di sana? Rindukah kamu padaku? Pada lelaki yang telah menyesap peluhmu dalam-dalam dan memelukmu dalam diam? Ya, aku masih mengingatnya. Masih sangat mengingatnya. Hingga terkadang untuk tidur pun sulit, karena tersiksa dengan kenangan tentangmu.

Hampir sepanjang hari ini, aku tidak melihat matahari. Padahal kau tahu, aku sangat suka dengan matahari. Dia membuatku merasa hidup dan berpeluh ditengah segala kebisingan kota tempatku tinggal. Apa lacur, banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan. Banyak ide yang harus kucurahkan, bahkan terkadang aku memerasnya demi sebuah kata.

Kamu terus mencoba menghubungiku, tapi seringkali aku abaikan. Aku minta maaf. Aku hanya berusaha bersikap adil, dengan dirimu dan dirinya. Kau tahu? Itu berat sekali rasanya. Berat untuk membagi rata hatiku menjadi dua.

Semalam aku bermimpi, mendengar desah suaramu, merasai tubuhmu dan melihat kau berjalan anggun ke arahku. Tapi hanya itu. Setelahnya, aku tidak ingat lagi. Kau mengingatkan aku sekali lagi tentang malam itu, tentang malam dimana sinar rembulan menyusup melalui kegelapan daun-daun lontar dan jatuh tepat di wajahmu yang merona. Bibirmu pun terbasahi embun yang jatuh perlahan dalam hitungan waktu. Hmm... aku rindu padamu... sangat.

***

24 mei 2007